Pergerakan Ahlul fitnah dan sikap Utsman bin Affan ra terhadap mereka.
Pada tahun 33 H, di antara penduduk Kufah yang tersohor adalah al Aytsar an Nakho'i, Kumail bin Ziyad, Amr bin al Hamiq al Khuza'i dan Sho'soah bin Shouhan, di hadapan golongan kedua dan pemuka masyarakat mereka mencela Utsman bin Affan dan kebijakan-kebijakan system pemerintahannya, mereka juga mencela gubernur Kufah dengan anggapan bahwa tindakan mereka tersebut merupakan amar makruf nahi munkar, oleh karena itulah mereka diusir oleh Utsman bin Affan ke Syam. Di Syam inilah mereka menulis surat kepada orang-orang yang sepaham dengan mereka, baik yang berada di Basrah, Mesir maupun Kufah
Akibat dari perbuatan mereka ini, Said bin al Ash, gubernur Kufah diusir oleh penduduknya, kemudian mereka menunjuk Abu Musa al Asyari sebagai gubernur yang kemudian disetujui oleh Utsman bin Affan
Pada musim haji 35 H, datang utusan dari penduduk Kufah, Bashrah dan Mesir. Mereka menuntut beberapa hal dari Utsman, semuanya berkisar tentang harta. Yang semacam ini juga pernah mereka lakukan terhadap Umar, namun Umar menolaknya
Bukti yang memperkuat bahwa tidak lain permintaan mereka kecuali harta yaitu atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar ra ia berkata: "Telah datang kepadaku seorang anshar yang kelihatannya dia termasuk orang yang banyak ibadahnya, penghafal al qur'an pada zaman Utsman, kemudian ia berkata kepadaku, dengan perkataan yang panjang lebar yang intinya mengajakku untuk mencela Utsman, maka setelah ia selesai berbicara, aku katakan: "Sesungguhnya kami (para sahabat) semasa Rasulullah saw masih hidup selalu mengatakan, orang yang paling utama dari umat Rasulullah saw setelah beliau adalah Abu Bakar, lalu Umar, kemudian Utsman. Demi Allah kami tidak mengetahui kalau Utsman membunuh tanpa alasan yang dibenarkan atau melakukan dosa besar sedikit pun, akan tetapi permasalahannya berpusat mengenai harta. ApAbila Utsman memberikannya kepada kalian (harta yang dituntut) maka kalian ridha kepadanya, dan apAbila dia memberikannya kepada kerabatnya, maka kalian membencinya. Sesungguhnya kalian seperti orang-orang Persia dan Romawi, yang tidak mempunyai pemimpin kecuali mereka bunuh"
Pada tahun 35 H, juga datang utusan dari Mesir yang mendebat Utsman tentang ayat-ayat al Qur'an yang berkaitan dengan masalah pengelolaan harta pada system pemerintahannya, ayat demi ayat diperdebatkan, namun Utsman selalu memenangkannya. Setelah mereka dikalahkan oleh Utsman bin Affan dalam perdebatan ini, maka Utsman mengambil janji dari mereka untuk tidak memecah belah persatuan kaum muslimin dan tidak memisahkan diri dari jamaah. Selanjutnya Utsman berkata kepada mereka: "Apa yang kalian inginkan?"
Mereka pun menjelaskan tujuan mereka yang sebenarnya, mereka mengatakan: "Kami menginginkan agar penduduk Madinah jangan ada yang menerima harta ini kecuali orang-orang yang telah ikut dalam peperangan dan para sahabat Rasulullah saw saja. Akhirnya Utsman menyetujui permintaan ini dengan maksud untuk meredam api fitnah. Kemudian bersama Utsman mereka pergi ke Madinah. Lalu Utsman berkhutbah di atas mimbar dan mengumumkan perubahan kebijakan pemerintahan dalam pembagian harta. Inti dari kutbahnya yaitu: "Tidak ada yang berhak atas harta Baitul Mal kecuali orang-orang yang telah ditetapkan untuk mendapatkan bagian karena ikut serta dalam peperangan yang lalu, orang-orang yang disebutkan dalam al Qur'an yang mendapat bagian ghanimah dan orang-orang tertentu yang telah ditetapkan pemerintah." Namun perjanjian damai ini sangat dibenci oleh orang-orang yang masih memendam makar terhadap Utsman
Latar belakang pemberontakan dan pembunuhan.
Pemberontakan terhadap kekhalifahan Utsman bin Affan ini bermula ketika Utsman memangku kekhilafahan selama dua belas tahun, enam tahun pertama tidak ada seorang pun yang memperotes kepemimpinannya, akan tetapi pada enam tahun terakhir mulai muncul protes dari orang-orang, yaitu setelah ia mulai lamban dalam menangani perkara-perkara orang Quraisy, padahal sebelumnya ia bersikap lunak dan menyambung silaturrahmi kepada mereka setelah sebelumnya Umar bin al Khattab berlaku sangat keras dan tegas kepada mereka.
Dalam enam tahun terakhir masa pemerintahannya ini, Utsman bin Affan lebih banyak mengangkat kerabat-kerabatnya, ia juga memberikan kekuasaan seperlima wilayah Afrika kepada Marwan, ia juga memberikan harta kepada kerabat-kerabatnya dari baitul mal, ia menafsirkan ini sebagai jalinan tali silaturrahmi.
Said bin Musayyab berkata: Tatkala Utsman memerintah, ada sebagian sahabat yang tidak suka dengan pemerintahannya, sebab Utsman lebih condong kepada kaumnya, khalifah Utsman bin Affan memangku kekhilafahan selama dua belas tahun, yang ia angkat sebagai pejabat-pejabat pemerintahannya kebanyakan berasal dari bani Umayyah yang tidak pernah hidup bersama Rasulullah saw, orang-orang yang menjadi pejabat itu tidak disenangi oleh sahabat-sahabat Rasulullah. Utsman dicela oleh para sahabat akibat tindakan pengangkatan mereka, namun ia tidak memecat mereka, itu terjadi pada tahun 35 H.
Tatkala datang enam tahun terakhir, Utsman lebih mengutamakan saudara-saudara sepupunya, banyak di antara mereka yang diangkat menjadi pajabat juga dari orang-orang yang dekat dengan mereka, dia memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa kepada Allah taala, ia mengangkat Abdullah bin Abi Sarah untuk menjadi gubernur Mesir. Dia menjabat selama dua tahun, orang-orang Mesir mengadukan persoalan-persoalan yang terjadi dan mereka merasa didzalimi olehnya. Sebelum itu juga telah terjadi percekcokan antara Utsman dan Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari, dan Ammar bin Yasir. Oleh sebab itulah ada semacam bara yang menggumpal di kalangan bani Hudzail dan Bani Zuhrah terhadap Utsman atas Perlakuannya terhadap Ibnu Mas'ud, bani Ghifar dan sekutu-sekutunya juga memendam dendam, bani Mahzum juga merasa tercekik melihat apa yang dilakukan oleh Utsman terhadap Ammar bin Yasir.
Kronologis pembunuhan.
Orang-orang Mesir datang kepada Utsman bin Affan mengadukan tingkah buruk yang dilakukan oleh Abdullah bin Abi sarah. Utsman kemudian menulis surat kepada Abdullah bin Abi Sarah dan dia memperingatkannya dengan peringatan yang sangat keras, namun ia tidak mau menerima apa yang diperingatkan oleh Utsman. Dia bahkan memukul orang-orang Mesir yang diutus oleh Utsman bin Affan dan membunuhnya.
Setelah peristiwa itu terjadi, sekitar tujuh ratusan orang-orang Mesir datang ke Madinah, mereka memasuki Masjid Nabawi dan mengadukan kepada para sahabat di waktu-waktu shalat terhadap perlakuan jahat Abdullah bin Abi sarah, lalu Talhah bin Ubaidillah berdiri dan mengucapkan perkataan yang sangat kasar kepada Utsman bin Affan, Aisyah juga mengirimkan surat protes kepada Utsman bin Affan: "Sahabat Rasulullah datang kepadamu dan memintamu untuk memecat orang itu, namun kamu tidak mau memecatnya, padahal salah seorang di antara mereka telah dibunuh oleh pejabat yang kamu angkat, maka berlaku adillah kamu kepada orang-orangmu!, Ali bin Abi Thalib juga menemuinya dan mengatakan hal yang serupa.
Kemudian Utsman bin Affan mengangkat Muhammad bin Abu Bakar sebagai gubernur sesuai permintaan para sahabat dan menulis keputusannya tersebut, setelah itu Muhammad bin Abu Bakar dan orang-orangnya bertolak menuju Mesir.
Tiga hari melakukan perjalanan, Muhammad bin Abu bakar dikejutkan dengan adanya pelayan hitam yang menunggang unta dan memecutinya dengan lecutan yang keras seakan-akan ia sedang amat sangat terburu-buru. Lalu sahabat-sahabat Muhammad bin Abu bakar menanyainya perihal hal tersebut.
Pelayan itu berkata: "Saya adalah pelayan Amirul Mukminin, saya diperintahkan untuk menemui gubernur Mesir." Salah seorang sahabat Muhammad bin Abu bakar berkata: "Bukankah Gubernur Mesir itu ada di sini?" pelayan itu menjawab: "Bukan dia yang kumaksud."
Setelah pelayan tersebut dibawa menemui Muhammad bin Abu bakar, Muhammad bin Abu bakar bertanya: "Siapa engkau wahai pelayan?" pelayan itu menjawab: "Saya adalah pelayan Amirul Mukminin," namun ia juga menjawab: "Saya ini adalah pelayan Marwan bin Hakam"
Setelah beberapa saat diinterogasi, Muhammad bin Abu bakar memerintahkan untuk memeriksa pelayan tersebut, mereka menemukan surat yang dibawa oleh pelayan yang mengatas namakan atas perintah Utsman bin Affan tersebut, tulisan itu berbunyi: "Jika Muhammad bin Abu bakar datang kepadamu, dan fulan, juga fulan, maka bunuhlah mereka dan batalkan isi surat yang ia bawa, dan tetaplah kamu bertugas pada jabatanmu sekarang hingga datang perintahku. Penjarakan orang-orang yang datang kepadaku yang mengatakan bahwa Ia di dhzolimi olehmu, hingga aku perintahkan hal lain untukmu insyaAllah"
Setelah membaca surat tersebut, mereka sangat kaget, mereka bingung dan akhirnya kembali menuju Madinah dan mereka menandai surat tersebut dengan tanda tangan beberapa orang dari mereka. Setelah mereka tiba di Madinah, mereka mengumpulkan Thalhah, Zubair, Ali, Saad, dan beberapa sahabat Rasulullah yang lain, lalu mereka membuka surat tersebut dan mereka ceritakan perihal pelayan berkulit hitam yang mereka temui.
Isi surat tersebut membuat tidak seorang pun yang ada di Madinah kecuali pasti membenci Utsman bin Affan. Peristiwa ini juga menambah kemarahan orang-orang yang mendukung Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar al Ghifari dan Ammar bin Yasir.
Akhirnya pada tahun 35 H mereka mengepung rumah Utsman bin Affan, Muhammad bin Abu bakar juga berhasil mendapatkan dukungan dari bani Taym dan yang lainnya. Melihat peristiwa ini, Ali segera mengutus seseorang untuk menemui Thalhah, Saad dan Ammar serta beberapa sahabat Rasulullah yang lain dari kalangan Ahli Badar, Ali kemudian menemui Utsman beserta dengan surat dan pelayan berkulit hitam tersebut.
Ali berkata: "Apakah ini pelayanmu?" Utsman menjawab: "ya" "lalu apakah ini untamu?" Tanya Ali, "Ya" jawab Utsman, "apakah engkau yang menulis surat ini?" Tanya Ali, "tidak" jawab Utsman, dia bersumpah bahwa dia tidak menulis dan tidak menyuruh seseorang pun untuk menulis surat tersebut, dia sama sekali tidak tahu menahu so'al surat dan isi surat tersebut, "apakah ini stempelmu?" Tanya ali kembali, "Ya" jawab Utsman, "Lalu bagaimana mungkin pelayanmu keluar dengan untamu dan surat yang ada stempelmu namun kamu tidak mengetahuinya?"
Utsman bersumpah dengan nama Allah bahwa ia tidak pernah menulis surat itu, tidak pula menyuruh seorangpun untuk menuliskannya, ia juga tidak pernah menyuruh pelayanny untuk pergi ke Mesir. Para sahabat mengenal bahwa tulisan itu adalah tulisan Marwan, lalu mereka meminta agar Utsman menyerahkan Marwan kepada mereka namun Utsman menolak, padalah waktu itu Marwan berada di dalam rumah. Lalu sahabat Muhammad bin Abu bakar keluar dari ruangan dengan kemarahan yang memuncak, mereka yakin bahwa Utsman tidak mungkin akan berbohong dan bersumpah palsu.
Utsman tidak mau menyerahkan Marwan karena khawatir kalau Marwan akan dibunuh, sementara itu, para sahabat tidak mau beranjak dari rumahnya masing-masing, sedangkan pengikut Muhammad bin Abu bakar mengepung rumah Utsman dan tidak memberinya air, lalu Utsman meminta pada mereka agar memintakan air untuknya kepada Ali, Ali lalu mengirimkan untuknya tiga gentong penuh air, tapi hampir saja air itu tidak sampai kepadanya, bahkan beberapa orang dari bani Hasyim dan bani Umayyah terluka hanya untuk menyampaikan air itu kepada Utsman.
Kabar keinginan orang-orang untuk membunuh Utsman sampai ke telinga Ali, Ali segera menyuruh Hasan dan Husain dengan pedang mereka untuk berjaga di depan pintu Utsman agar tidak seorangpun dapat menyentuhnya, ia mengatakan: "Yang kami inginkan adalah Marwan, sedangkan pembunuhan Utsman sama sekali tidak kami inginkan."
Zubair, Thalhah, dan beberapa sahabat juga mengutus anak-anak mereka untuk mencegah orang-orang masuk ke rumah Utsman dan meminta agar Marwan diserahkan kepada mereka, tatkala orang-orang melihat hal tersebut, mereka malah melempar pintu rumah Utsman dengan anak panah sehingga membuat al Hasan bersimbah darah. Marwan yang berada di dalam rumah juga terkena satu anak panah, begitu juga Muhammad bin Thalhah dan Qanbar, mantan budak Ali.
Terlukanya al hasan dan al Husain membuat Muhammad bin Abu bakar merasa khawatir akan munculnya kemarahan bani Hasyim hingga akan menimbulkan huru-hara besar. Maka ia membawa dua orang dan mengajaknya memasuki rumah Utsman untuk membunuhnya, mereka memanjat pagar rumah Utsman bin Affan dari salah satu rumah orang anshar hingga mereka bisa masuk kedalam ruangan Utsman bin Affan.
Muhammad bin Abu bakar masuk ke ruangan itu lebih dahulu sedangkan waktu itu Utsman sedang bersama dengan istrinya, ia lalu memegang jenggot Utsman, Utsman berkata: "Demi Allah, andai kata ayahmu melihat apa yang engkau lakukan kepadaku, niscaya dia akan sangat tidak senang dengan sikap yang kau lakukan padaku".
Setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Utsman ini, Muhammad bin Abu bakar segera menarik tangannya, tapi setela itu masuklah dua orang yang lain dan langsung membunuhnya lalu melarikan diri, istri Utsman bin Affan yang melihat hal itu segera berteriak bahwa khalifah Utsman bin Affan telah terbunuh, semua orang yang ada di tempat itu pun segera masuk, mereka mendapati bahwa khalifah Utsman bin Affan telah disembelih.
Begitu kabar terbunuhnya Utsman itu sampai kepada ali, Thalhah, zubair, dan saad, mereka seakan tidak percaya mendengar kabar tersebut, mereka segera masuk ke ruangan Utsman bin Affan dan mendapatinya telah dibunuh dengan sadis, ali lalu mendatangi kedua anaknya dan menanyainya: "bagaimana amirul mukminin dapat terbunuh padahal kalian berdua berjaga di depan pintu?" dia menampar al hasan dan memukul dada al husain, dia juga mencela Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin zubair.
Begitu Ali pulang, orang-orang segera mengejarnya dan menyatakan akan membaiatnya, namun Ali menolaknya dan mengatakan bahwa itu adalah hak Ahli Badr dan bukan hak mereka. Sejak terbunuhnya Utsman, tidak ada seorang pun yang tidak datang untuk mendatangi Ali dan memintanya Menjadi khalifah. Sedangkan Marwan dan anaknya melarikan diri.
Setelah Ali dibaiat, Ali mendatangi istri Utsman bin Affan dan berkata kepadanya: "Siapa yang membunuh Utsman?" ia berkata: "Saya tidak tahu, ada dua orang yang masuk dan saya tidak tahu siapa mereka, tapi bersama mereka Muhammad bin Abu bakar". Ia meneritakan apa yang dilakukan oleh Muhammad bin Abu bakar, lalu ali memanggil Muhammad bin Abu bakar dan menanyainya tentang apa yang dieritakan oleh istri Utsman bin Affan.
Muhammad bin Abu bakar mengatakan bahwa memang benar apa yang diceritakan oleh istri Utsman, namun ia tidak jadi membunuh Utsman lantaran ia diingatkan oleh Utsman akan ayahnya, dia berkata: "Aku tidak membunuhnya dan tidak pula menyentuhnya".
Lalu istri Utsman menimpali: "Dia benar, tapi dialah yang memasukkan dua orang itu ke dalam rumah".
Ibnu Asyakir meriwayatkan dari Kinanah serta yang lain, mereka berkata: "Seorang penduduk Mesir dengan warna kulit sawo matang, yang disebut dengan Himar, telah membunuh Utsman."
Adapun sebab mengapa khalifah tidak melakukan perlawanan ialah sebagaimana yang ia katakan: "Adapun jika saya keluar dan memerangi mereka, maka saya akan menjadi orang yang pertama kali mengingkari apa yang diucapkan oleh Rasulullah saw dengan jalan menumpahkan darah. Adapun jika saya melarikan diri ke Makkah, maka sesungguhnya saya mendengar Rasulullah saw bersabda: "Jika ada seorang Quraisy yang Mulhid (ingkar kepada Allah) di Makkah, maka kepadanya akan ditimpakan separuh dari siksaan dunia, maka itu tidak mungkin untuk saya, sedangkan jika saya pergi ke Syam, maka ketahuilah bahwa saya tidak akan pernah meninggalkan tempat saya hijrah dan tempat Rasulullah saw menetap sekarang"
Musuh-musuh Allah Swt. yang melakukan konspirasi, membunuh 'Utsman ra. dg mengambil kesempatan saat sepinya Madinah karena musim haji. Di sisi lain tidak seorang pun dari sahabat ra. yang menyangka bahwa Khawarij dalam hasutan Abdullah bin Saba' berani membunuh 'Utsman ra. Beberapa sahabat ra. juga telah berusaha melindungi Utsman ra., begitu pula dengan anak-anak mereka ra. Namun saat situasi genting, Utsman ra. justru keluar menuju mereka ra. agar tidak turut campur guna mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin. Selain itu, beliau ra. pun telah mengetahui bahwa beliau ra. akan menemui syahidnya dalam keadaan aniaya sebagaimana dikabarkan Rasulullah saw.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair berkata: Aku berkata kepada Utsman pada hari peristiwa itu, "Keluarlah dan perangilah mereka, sesungguhnya engkau bersama orang-orang yang dimenangkan Allah walaupun jumlahnya sedikit, dan demi Allah, memerangi mereka itu adalah halal" Ia (ra.) menjawab: "Jangan." Sedang, saat menjawab Mughirah bin Syu'bah ra., Utsman berkata: "Jika aku keluar untuk memerangi mereka, sekali-sekali tidak akan kulakukan, karena aku tidak mau menjadi orang pertama pengganti Rasulullah saw. menumpahkan darah Umat Islam..."
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. bahwa 'Ali ra. menyampaikan kepada Utsman: "Bersamaku ada 500 pasukan bersenjata, izinkanlah aku untuk menghalau mereka agar engkau tidak terbunuh." Tetapi Utsman menjawab: "Allah Swt. membalas kebaikanmu. Saya tidak menginginkan darah tertumpah karena aku."
Dari Abu Hurairah ra., dia berkata: "Utsman bin Affan pernah mengurung diri di dalam rumahnya selama empat puluh malam. Lalu dia berkata padaku: 'Bangunkan aku malam ini pada waktu sahur'. Maka aku datang ke rumahnya pada waktu sahur, lalu kukatakan: 'Sahur wahai Amirul Mukminin, semoga Allah merahmatimu'. Maka Utsman bangun sambil mengusap keningnya dan berkata, 'SubhanAllah wahai Abu Hurairah, rupanya engkau telah memotong mimpiku. Dalam mimpiku tadi aku bertemu NAbi saw. yang berkata kepadaku: 'Besok engkau akan makan bersama kami'. Pada hari itu pula Utsman terbunuh." (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad pula dengan isnad hasan dari Utsman ra. berkata: Aku bertemu Rasul saw. dalam tidurku semalam dan aku melihat Abu Bakar dan Umar. Mereka berkata kepadaku: "Bersabarlah, karena kamu akan berbuka bersama kami nanti", kemudian Rasul saw. mengambil mushaf Al-Quran dan membukanya di depan Utsman. Lalu ia terbunuh di saat membaca Al-Quran.
Tapi walaupun begitu, Utsman bin Affan tidak hanya diam saja dalam menghadapi pengepungan, sebelum keadaan semakin genting, ia bahkan menampakkan dirinya dan berbicara kepada manusia mengingatkan tentang berbagai keutamaan dirinya yang telah diberitakan oleh rasulullah saw hingga bermunculanlah orang yang menyaksikan akan kebenaran hal tersebut. Namun hal tersebut tidak berpengaruh sama sekali terhadap golongan kedua, Khawarij, dan semisalnya
Di balik layar.
Seorang tokoh Yahudi yang mendengki terhadap Islam dan berpura-pura masuk Islam bernama Abdullah bin Saba' beserta Sabaiyah nya (Sabaisme) sangat memainkan peran timbulnya fitnah di masa-masa akhir kekhilafahan Utsman ra. Provokator-provokator ini berhasil pula memfitnah Utsman ra. dengan fitnah-fitnah keji dan berhasil pula menghasut orang-orang berwatak keras yang belum mantap imannya, minim ilmu, fanatik terhadap suatu pendapat, serta berlebih-lebihan (ekstrem) dalam beragama, yaitu orang-orang khawarij, untuk melakukan makar dan konspirasi kepada seorang sahabat utama ra. yang telah dijamin surga. Hal ini 'didukung' oleh perubahan sosial di masyarakat Islam ketika itu dengan adanya orang-orang yang masuk Islam saat perluasan wilayah, namun tidak seiring dengan pemahaman yang benar tentang Islam itu sendiri kepada mereka.
Berikut beberapa tuduhan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab kepada Utsman ra. berikut bantahannya:
Nepotisme; bahwa Utsman ra. dituduh mengganti tokoh-tokoh sahabat ra. dengan keluarganya yang derajatnya lebih rendah. Bantahan: Rasulullah saw. juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid ra. padahal saat itu terdapat sahabat senior ra. seperti Abu Bakar dan Umar ra. Begitu pula Ali ra. pun pernah mengangkat Abbas ra. dan puteranya sebagai gubernur di beberapa tempat. Berkata Ibnu Taimiyah, bahwa Rasulullah saw. sejak dahulu mengangkat Bani Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan. Dan berkata Utsman ra.: "Aku tidak mengangkat seorang pun kecuali Rasulullah saw. telah pernah mengangkatnya terlebih dahulu."
Tuduhan bahwa beliau ra. banyak memberi kepada kerabatnya. Bantahan: Justru 'Utsman ra. sedang melaksanakan perintah Allah Swt: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan..." (Q. S. Al-Isra : 26). Berkata Utsman ra.: "Aku akan mengabarkan pada kalian semua tentang kekhalifahanku. Sesungguhnya kedua pendahuluku bersikap keras pada dirinya dan kerabatnya sendiri, walaupun ikhlas dan mencari ridha Allah Swt., padahal Rasulullah saw. sendiri pun selalu memberikan shadaqah yg banyak pada kerabat-kerabatnya. Adapun aku berada ditengah keluarga yg sangat kekurangan maka aku hamparkan tanganku untuk meringankan beban mereka, karena mereka adalah tanggungjawabku dan jika kalian berpendapat ini salah maka tolaklah." Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: "Kabilah Utsman ra. adalah kabilah yg amat besar, tidak seperti halnya kabilah Abu Bakar ra. dan Umar ra., oleh karenanya kaum kerabatnya membutuhkan lebih banyak bantuan daripada keluarga kedua pendahulunya."
Juga terdapat tuduhan dari sisi banyaknya pemberian yang mana hal tersebut adalah dusta. Tuduhan bahwa beliau ra. mengusir Abu Dzar ra. Bantahan: Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menerangkan: "Sesungguhnya Zaid bertanya kepada Abu Dzar tentang hal tersebut karena banyaknya isu dan penentang Utsman yg mengecam Utsman dan menuduhnya telah membuang Abu Dzar, lalu Abu Dzar menerangkan bahwa ia memilih tempat tersebut karena keinginannya sendiri."
Diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dari Aisyah ra. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Utsman ra.:
"Sesungguhnya Allah akan memakaikan kepadamu baju kebesaran (kekuasaan), di mana apabila orang-orang munafik menginginkan agar engkau menanggalkannya, maka janganlah engkau tanggalkan."
Dari sejarah tentang fitnah dan pembunuhan khalifah Utsman bin Affan ini, akan banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil, di antaranya adalah kewaspadaan yang harus dimiliki oleh setiap insan muslim terhadap apapun yang terjadi, kita tidak boleh terlalu gegabah dalam mensikapi suatu hal yang terjadi, apapun tindakan yang akan kita lakukan harus kita pikirkan dengan baik dan cermat, tidak asal sembrono, karena setiap peluang yang ada dapat dimanfaatkan oleh musuh-musuh kita untuk mencelakakan kita dan din kita. Wallahu a'lam bis showab
No comments:
Post a Comment